Friday, March 18, 2011

Model bisnis freemium: Jadikan produk Anda sebagai candu





Salah satu model bisnis yang cukup berkembang saat ini ialah freemium, yang mengkombinasikan layanan free dan premium. Model bisnis ini semakin populer karena banyak perusahaan online yang menggunakannya, misal layanan untuk menyimpan atau berbagi file seperti Mediafire, dan layanan telepon melalui internet seperti Skype. Apa saja yang perlu Anda persiapkan untuk membangun bisnis menggunakan model freemium ini?

Uang vs Perhatian
Dalam skema bisnis freemium, hal pertama yang harus Anda lakukan ialah merebut perhatian calon konsumen. Salahsatu cara termudah untuk memikat calon konsumen Anda ialah dengan membagikan produk Anda secara gratis kepada mereka. Setelah konsumen bersedia mencoba produk Anda, baru dilakukan upselling untuk menjual produk versi berbayar atau menjual produk Anda yang lain.

Skype bisa menjadi contoh model bisnis freemium yang cukup berhasil. Skype adalah layanan yang memungkinkan penggunanya melakukan panggilan telepon dengan biaya yang sangat murah, bahkan gratis. Untuk versi gratis, pengguna hanya bisa melakukan panggilan ke sesama pengguna Skype. Tapi, jika pengguna ingin melakukan panggilan ke pesawat telepon, ia harus membayar meski dengan harga yang lebih murah dibanding layanan telepon biasa.

Batas yang jelas antara Free dan Premium
Untuk menerapkan model bisnis freemium, sebaiknya Anda memulai dengan memberikan batasan dan pilihan yang jelas antara yang gratis dan berbayar, beserta dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misal, untuk layanan email gratis, konsumen hanya mendapatkan kapasitas 1 GB, tapi akan ditingkatkan mejadi 20 GB hanya dengan membayar Rp 100.000 per bulan.

Biarkan konsumen untuk mencoba dan merasakan

Dengan membiarkan konsumen untuk mencoba produk Anda secara gratis, akan menciptakan pengalaman bagi konsumen. Jika mereka merasa puas dengan kualitas produk Anda, sudah pasti mereka akan stia menggunakan produk Anda dan dengans senang hati merekomendasikannya kepada orang lain. Selanjutnya, Anda perlu memikirkan bagaimana caranya supaya pengguna “kecanduan” dengan produk Anda, dan ini merupakan kunci model bisnis freemium. Ketika penggguna mulai tergantung dengan produk atau layanan Anda, berikan pilihan untuk mengunakan layanan berbayar dengan fasilitas lebih lengkap daripada versi gratis. Pengguna yang sudah jatuh cinta dengan produk Anda, tentu akan lebih mudah beralih ke produk versi berbayar yang Anda tawarkan.

Berikan layanan luarbiasa

Satu hal yang perlu Anda perhatikan, untuk menjalankan konsep bisnis freemium, Anda harus memberikan layanan yang luarbiasa kepada konsumen. Dengan dukungan layanan yang optimal serta konsisten, konsumen tak perlu berpikir panjang jika suatu saat ingin menggunakan layanan versi berbayar.

Bagaimana, apakah Anda siap menjalankan bisnis Freemium?

-Diolah dari berbagai sumber
- Sumber gambar:  http://www.iheartfris.co/wp-content/uploads/2012/11/free.jpeg
Tweet This
»»  READMORE...  

Wednesday, March 2, 2011

4 Trik Membidik Sang Penguasa Rumahtangga






Penguasa rumahtangga, itulah jabatan yang layak diberikan kepada wanita masa kini. Coba perhatikan siapa yang paling berperan dalam menentukan keputusan pembelian di keluarga Anda. Mungkin sebagian keputusan masih dipegang oleh ayah, tapi pengaruh ibu sangat besar untuk menentukan produk apa yang akan dibeli akhirnya.

Wanita semakin “berkuasa” dan rasional

Tren wanita karier dan meningkatnya kemandirian wanita masa kini, semakin memperkuat posisi wanita dalam proses keputusan pembelian produk. Berdasarkan data di Amerika Serikat, 80% keputusan pembelian ditentukan oleh wanita dan itu tidak hanya berlaku untuk produk rumahtangga, tapi juga produk-produk “lelaki.” Berikut ini beberapa angka statistik yang menunjukkan semakin “berkuasa”-nya wanita:
  • 80% pembelian pakaian (untuk pria, wanita dan anak-anak) dilakukan oleh wanita.
  • 52% pembelian kendaraan bermotor dilakukan oleh wanita (dan 85% dipengaruhi oleh wanita)
  • 40% pembelian alat elektronik dilakukan oleh wanita (dan 61% pembelian dipengaruhi oleh wanita)
  • 70% keputusan untuk pembelian produk kesehatan, dilakukan oleh wanita.
  • 70% keputusan untuk pembelian produk travel dilakukan oleh wanita.
  • 90% wanita berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi pengeluaran maupun investasi rumahtangga.
Karakter wanita dan cara “memikat” mereka
Meski secara umum wanita tetap impulsive ketika melakukan pembelian, tetapi ada kecenderungan mereka menjadi lebih rasional dan mengarah kepada perilaku smart spender karena pertimbangan utama mereka saat melakukan pembelian adalah kebutuhan. Dan bagi wanita, harga bukan menjadi penentu utama dalam pembelian produk, tetapi kualitas yang akan mereka utamakan.


Karakter wanita lainnya yang jelas terlihat ialah mereka lebih menggunakan faktor emosional dalam bertindak. Karenanya, Anda perlu menjalankan program pemasaran dengan pendekatan lebih personal kepada wanita. Berikut ini beberapa trik yang bisa Anda lakukan supaya aktivitas pemasaran yang anda lakukan lebih mudah diterima oleh pasar wanita:
  1. Komunikasikan nilai produk Anda, daripada fitur kelengkapan produk. Daripada menjelaskan apa itu air brake system pada mobil yang Anda jual, lebih baik terangkan nilai keamanan yang akan konsumen rasakan ketika mengendarainya.
  2. Seorang wanita sangat peka, jadi jangan pernah mengingkari janji berkaitan dengan produk atau layanan Anda. Jika toko Anda menjanjikan promosi beli 1 gratis 1, pastikan konsumen mendapatkannya dengan mudah.
  3. Wanita memiliki standard penilaian tinggi untuk produk yang ingin dia beli. Jadi, jangan pertaruhkan produk Anda dengan memberikan produk yang kurang berkualitas.
  4. Wanita merupakan pelanggan yang loyal. Anda harus bisa menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan konsisten menyediakan produk yang memenuhi harapannya.

Tweet This
»»  READMORE...  

Monday, January 10, 2011

Tips meningkatkan penjualan menggunakan Impulse Buying






Ketika seorang calon pembeli berada di toko Anda, ada 2 alasan mengapa dia akhirnya membeli produk yang Anda jual. Yang pertama, karena dia memang sudah merencanakan untuk membeli produk tersebut. Mungkin, dia sudah mencari informasi mengenai produk dari internet atau dengan bertanya ke temannya yang lebih berpengalaman. Setelah mendapat informasi produk secara lengkap, si calon konsumen datang ke toko dan membeli produk tersebut. Yang kedua, calon konsumen datang ke toko tanpa rencana mau membeli apa. Kemudian, dia melihat produk dengan harga diskon dan sangat tertarik dengannya. Jika si konsumen akhirnya membeli produk karena ingin memanfaatkan harga diskon, kejadian inilah yang disebut dengan impulse buying.

Impulse buying adalah kondisi yang memicu terjadinya “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak direncanakan. Perilaku pembelian secara emosional ini sangat mungkin terjadi, karena sebagian besar konsumen melakukan pembelian karena pengaruh persaan. Gerald Zaltman (dalam “How Customers Think”) mengatakan bahwa 95 persen keputusan pembelian suatu produk lebih didasarkan pada perasaan (feeling) dibandingkan pikiran (thought) yang hanya menempati porsi 5 persen.

Perilaku impulse buying, bisa terjadi dalam 3 kondisi:
1. Pure impulse buying, yaitu konsumen membeli produk setelah ia melihat produk yang dipajang di toko tanpa perencanaan sebelumnya. Produk tersebut biasanya dipajang secara mencolok di bagian yang mudah terlihat oleh pengunjung toko. Kemungkinan pure impulse buying semakin besar jika produk dijual dengan potongan harga atau diskon.
2. Reminder impulse buying , yaitu konsumen membeli produk yang dipajang di toko karena ia ingat pernah melihat iklan produk tersebut atau pernah mendengar cerita tentang produk tersebut dari orang lain.
3. Suggested impulse buying yaitu konsumen membeli produk setelah membaca brosur atau leaflet yang menyertai produk. Pembelian juga bisa terjadi karena saran atau informasi produk yang disampaikan oleh karyawan toko atau SPG (Sales Promotion Girls.)

Memanfaatkan perilaku “impulse buying”

Bagi pemasar, perilaku “impulse buying” merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan. Konsumen yang tertarik secara emosional, biasanya tidak melibatkan rasionalitas dalam keputusan pembelian produk. Kadang, konsumen menggunakan alasan rasional hanya untuk membenarkan keputusannya itu. Secara sederhana, konsumen sebenarnya membeli berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.

Menurut ACNielsen, sebanyak 85% pembelian di pasar modern terjadi tanpa rencana. Hanya 15% sisanya yang "berdisiplin" untuk berbelanja sesuai dengan daftar belanjaan mereka. Keberadaan impulse buying adalah peluang bagi pemasar untuk memperkenalkan produk baru. Melalui komunikasi yang efektif di dalam toko dan program promosi, hal ini akan mempromosi, hal ini akan mempengaruhi pilihan merek yang dibeli konsumen dan mendorong untuk belanja lebih banyak.

Tapi, satu hal yang perlu Anda cermati, “impulse buying” harus diimbangi dengan kualitas produk yang bagus. Biasanya, setelah membeli dengan impulse buying, konsumen akan memperhitungkan dengan cermat produk yang dia beli. Jika akhirnya produk tersebut tidak memenuhi harapan konsumen, maka hal tersebut bisa menciptakan kesan buruk dalam benak konsumen. Hal ini akan merugikan, karena konsumen tersebut tidak akan melakukan pembelian ulang di toko Anda. Jadi, bijaklah dalam memanfaatkan impulse buying di toko Anda…

- Diolah dari berbagai sumber
- Sumber gambar:  http://www.femalefirst.co.uk/image-library/land/500/s/stock-shopping-bags-fashion.jpg

Tweet This
»»  READMORE...  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...